Vietnam – Hoi An

Hoi An

HOI AN



Petualangan pertama kami (saya dan teman seperjalanan, Sasa) di Vietnam adalah mengunjungi kota Hoi An. Pagi-pagi buta jam 5 pagi kami segera ke Bandara Than So Nat untuk mengejar pesawat yang akan membawa kami ke kota Danang yang memerlukan waktu tempuh sekitar satu jam dari Ho Chi Minh.  Sesampainya di kota Danang, kami sudah dijemput oleh supir dari hotel tempat kami menginap di Hoi An. Jarak tempuh antara Danang dan Hoi An sekitar 30 km dengan waktu tempuh selama 30 menit. Kami menginap di hotel Green Field yang terletak di jalan Cua Dai.

Cantiknya kota tua Hoi An

Jadwal di siang hari itu adalah memutari kota tua Hoi An yang terkenal  dan sudah di nobatkan sebagai World Heritage oleh UNESCO. Tadinya kami ingin menyewa sepeda, namun melihat kondisi kami yang akan

Kota Tua

Kota Tua (foto oleh Sasa)

berhenti di beberapa tempat, maka kami memutuskan untuk tidak menyewa sepeda namun berjalan kaki dari hotel ke kota tua yang ditempuh sekitar 15 menit. Hoi An sebenarnya kota kecil yang sangat nyaman sekali untuk berjalan kaki dimana trotoar sungguh sangatlah layak serta luas kota ini tidak terlalu luas. Di kiri kanan jalan, sepanjang jalan Cua Dai banyak sekali di temui hotel, baik hotel bintang 3 maupun hotel bintang 4 dan beberapa kantor pemerintahan.  Kesan pertama yang saya jumpai, sungguh sangat banyak sekali turis di kota ini, baik muda maupun tua yang sibuk hilir mudik tidak hanya dengan sepeda namun juga berjalan kaki. Kalau saya perhatikan banyak turis dari Perancis dan juga Amerika. Biasanya turis yang sudah memasuki usia uzur tersebut menggunakan tour dengan panji-panji benderanya.

Untuk menikmati komplek kota tua, kita tidak perlu membayar, namun untuk menikmati beberapa bangunan yang memang ditujukan untuk pariwisata seperti museum, temple, rumah pribadi yang telah menjadi warisan turun menurun dan teater, harus membeli tiket seharga 90,000 VND dan diberikan peta seputar kota tua beserta tempat-tempat yang dapat dikunjungi.  Tiket tersebut dapat dipakai untuk mengunjungi 5 tempat di kota tua. Adapun kota tua ini sendiri merupakan bangunan  tua yang saat ini masih dilestarikan dan seperti komplek terletak di sekitar jalan Tran Phu, Nguyen Thai Hoc dan Bach Dang (liat peta di bawah). Jalanan di kota tua ini hanya cukup untuk dua mobil yang saling berpapasan (jadi teringat jalan di Braga, Bandung), namun mobil tidak diperbolehkan masuk kawasan ini, hanya motor dan sepeda saja. Entah mengapa, hari itu, motor tidak diperbolehkan masuk, jadi hanya pejalan kaki saja. Jadi semakin menyenangkan sekali jalan-jalan sore itu.

Adapun gedung-gedung tua tersebut digunakan untuk toko-toko souvenir dan disini terkenal dengan kerajinan lampion, namun jangan salah, kebanyakan lampion terbuat dari kertas, kalau disini kain sutra lah yang dipakai. Gedung-gedung di kota tua ini juga digunakan sebagai bangunan untuk tukang jahit (fyi: Hoi An terkenal sekali dengan tukang jahit yang katanya murah dan bagus).

Sore itu, kami mengunjungi kelima tempat, yaitu:

Museum keramik, yang isinya tentunya keramik tentunya 😀 kurang menarik memang dengan koleksi-koleksi keramiknya, apalagi kami agak malas membaca sejarahnya dan tidak ada pemandu yang menerangkan (dasar malas saja kami membaca sejarah yang sebenarnya disediakan) hehehe.  Gedung yang dipakai adalah merupakan rumah kayu dua tingkat yang sudah cukup berumur tua, mengingatkannya dengan rumah-rumah berbudaya Cina.

Museum Keramik

Museum Keramik (foto oleh Sasa)

Tempat berikutnya adalah, Phuc Kien tempat ini seperti temple Cina. Yang cukup unik, hio yang ada cukup besar dan berbentuk spiral melingkar dan tergantung di atas langit-langit.

Phuc Kien

Phuc Kien (foto oleh Sasa)

Berikutnya kami memasuki dua rumah tua yang masih diwarisi oleh keturunannya sampai sekarang, dua rumah tersebut yaitu Tran Family Chapel dan Old House of Phung Hung. Kalau memasuki rumah tua, akan ada pemandu yang pertama-tama akan menyuruh kami duduk dan kemudian menerangkan sejarah rumah tersebut. Rumah-rumah tersebut biasanya dibangun dengan mengabungkan kebudayaan yang berbeda, biasanya Cina, Jepang dan Vietnam sendiri.  Setelah diterangkan mengenai rumah tersebut, kita akan diajak untuk berkeliling sebentar ke seluruh rumah. Sebenarnya yang paling saya kurang suka yaitu di akhir penjelasan, mereka menawarkan barang-barang yang dijual di rumah tersebut hohoho. Di Tran Family Chapel mereka menawarkan  kerajianan dari batu Giok sedangkan di Old House of Phung Hung menawarkan kerajinan cantik berupa sulaman bordir. Namun sayang sekali, kami harus mengecewakan mereka, karena kami tidak ada niat berbelanja di kota tersebut 😀

Old House of Phung Hung

Old House of Phung Hung (foto oleh Sasa)

Cantonese Assembly Hall merupakan tempat terkakhir yang dikunjungi. Sebenarnya tempat ini pilihan kami yang tidak disengaja, karena sudah capai berjalan mengelilingi kota tua dan tentunya tidak mau rugi untuk menghabiskan kesemua tiket yang kami miliki. Tempat ini tidak jauh berbeda dengan Phuc Kien, yaitu berupa temple.

Japanase Cover Bridge, jembatan yang belum tentu peninggalan Jepang (menurut sejarah, dibikin untuk mengenang penjajahan Jepang di daerah Hoi An). Jembatan ini sangat indah di malam hari, karena permainan lampu warna-warni yang disajikan, namun tak kalah menarik di siang hari.  Untuk melintasinya tidak diperlukan tiket masuk, namun sepeda dan motor tidak diperbolehkan untuk melewatinya.

Japanase Cover Bridge

Japanase Cover Bridge (foto oleh Sasa)

Lampion warna warni

Lampion warna warni (foto oleh Sasa)

Komplek kota tua Hoi An apabila di kelilingi dengan berjalan kaki sungguh agak capai, namun jangan khawatir, disekitar kota tua terdapat banyak café-café yang menjual minuman maupun makanan (fyi, disini segelas bir bisa lebih murah dibanding sebotol mineral water :D). Tempat istirahat yang menurut saya cukup indah di sore hari adalah bila kita mendekati sungai di sekitar jalan Bach Dang dan menyeberangi jembatan di sepanjang jalan Ngyuen Phuc Chu, kita akan menemukan banyak sekali café dan restaurant. Coba saja sehabis berjalan-jalan sore, istirahat di salah satu teras café dan memperhatikan aktivitas para pemilik kapal mencoba merayu turis-turis untuk mengikuti tur mereka mengeliling sungai ataupun melihat kegiatan turis-turis yang ikut tur yang sibuk diterangi oleh sang tour leader ataupun melihat hilir mudiknya para turis dengan sepeda sewaan. Lovely, that’s the only word that I can said 🙂 . Semakin malam, cobalah berkunjung kembali dengan berjalan kaki atau menyewa sepeda (sewa sepeda USD 1) untuk mengitari komplek kota tua, sensasi permainan temaram lampu yang berasal dari lampion-lampion yang dijual serta penerangan dari gedung-gedung yang ada, membuat kota ini seperti kembali ke masa lampau 🙂 Jangan lupa mampir disalah satu restaurant disana dan menikmati Pho yah.

My Son, Hoi An

My Son

My Son (foto oleh Sasa)

Hari kedua, lagi-lagi kami harus bangun di pagi-pagi buta untuk mengikuti tour ke My Son, suatu tempat bersejarah yang digunakan sebagai tempat penyembahan jaman kerajaan Champa dan dapat ditempuh sekitar 1 jam an dari kota Hoi An. Kali ini kami memutuskan untuk mengikuti tour dengan memesannya dari hotel kami. Harga tour sendiri cukup murah, yaitu USD 7 per orang dengan jumlah peserta kurang lebih 15 orang. Banyak tour yang menawarkan tour serupa ke My Son dengan harga bervariasi, namun biasanya perbedaan harga sekitar USD 1. Semakin pagi kami memilih tour (dijemput jam 5 pagi) harganya semakin mahal USD 1. Memang ada tour lainnya yang pergi jam 8 pagi, namun saya sarankan untuk ikut tour yang paling pagi,  kata pemandu tour kami, kalau sudah semakin siang, akan semakin penuh sekali dengan turis.

Katanya tour ini ingin mengejar matahari terbit, namun apa dikata, kami sampai disana sekitar jam 7, dimana matahari sudah terbit dan dalam keadaan mendung, jadi gagal total untuk melihat matahari :(. My son ini seperti komplek  kecil yang terdiri dari 4 komplek dan kebanyakan bangunan-bangunannya sudah hampir tidak utuh di semua komplek sehingga hanya menyisakan 1 komplek yang dapat dikunjungi danhanya tersisa sedikit pahatan di bangunannya . Bangunannya sendiri terbuat dari batu bata (hampir sama dengan kuil-kuil yang dapat ditemukan di Ayutthaya, Thailand), berbeda dengan yang terdapat di Indonesia, yang biasanya banyak terbuat dari batu seperti Prambanan ataupun Borobudur. Sejujurnya untuk tour 7 USD ini agak cukup mahal, karena kita hanya menghabiskan waktu sekitar 1 jam mengitari komplek dan melihat bangunan-bangunan yang hampir tidak utuh karena hancur ketika perang melanda dan tidak terlalu terawat ini. Namun, sungguh menyenangkan ketika ketempat ini pagi-pagi, karena tampaknya hanya kami tour yang pagi dan tempatnya di kelilingi perbukitan sehingga menjadi hiburan tersendiri untuk pagi-pagi merasakan udara pegunungan 😀

Sleeping Bus

Sleeping Bus

Seri perjalanan ke Vietnam oleh Shanti dan Sasa dilanjutkan kembali di hari ke dua. Setelah Hoi An, kami melanjutkan perjalanan ke Nha Trang dengan menggunakan bis malam atau sleeping bus. Kenapa di bilang sleeping bus, karena memang tempat duduknya bisa disandarkan sampai dengan badan kita lurus dan nyaman untuk tidur. Tempat duduknya sendiri bertingkat lho, cukup unik khan? Dalam satu bis ada 3 baris kursi bertingkat. Masuk ke dalam bis pun harus melepas sepatu dan supir akan memberikan plastik untuk membungkus sepatu/sendal. Dari Hoi An ke Nha Trang sekitar 12 jam, berangkat jam 7 malam dan jalan Hai Ba Trung. 

How to go to Hoi An from Ho Chi Minh?

Kami memilih menggunakan pesawat yang ditempuh 1 jam ke kota Danang, kemudian lanjut dengan kendaraan selama 30 menit, dibandingkan dengan bis dari kota HCH yang menghabiskan waktu kurang lebih 22 jam J. Apabila naik pesawat, pilihannya Jet Star atau Vietnam Airlines dengan harga yang sangat tidak jauh berbeda, malah lebih murah sedikit penerbangan dengan menggunakan Vietnam Airlines dan jadwal penerbangan yang lebih banyak dibandingkan Jet Star. Dari Danang, bisa ditempuh dengan taksi atau kendaraan umum. Apabila naik taksi, mereka katanya mereka akan mematok harga dengan rata-rata antara 150,000 sampai dengan 200,000 VND. Sedangkan apabila menaiki kendaraan umum, hanya 3,000 VND (namun harus  dicari tahu lebih lanjut, naiknya dari mana). Sedangkan ada juga beberapa hotel yang menawarkan jasa penjemputan seperti hotel kami dengan tarif USD 15 untuk 2 orang.

Where to stay?

Biasanya hotel-hotel yang bagus ada di jalan Cua Dai, namun bila memilih hostel sangat disarankan untuk memilih di jalan Hai Ba Trung. Di jalan tersebut ada hostel yang percayalah, walaupun hostel, namun penampakan dari depan sungguh sangat bersih dan bukan seperti hostel murah, kemudian di jalan tersebut banyak agent perjalanan, sehingga bila ingin memilih tour maupun membeli tiket bus, sangatlah mudah. Satu lagi keunggulannya, sangat dekat dengan kota tua, hanya cukup berjalan sekitar 5-10 menit saja 😀

Hoi An’s Map by Lonely Planet

Peta Hoi An

Peta Hoi An

Baca juga petualangan saya di Vietnam di:

Hoi An atau Nha Trang dan tips Things you should know before you visit Vietnam

Leave a comment