Thailand – Bangkok
Perjalanan ini sebenarnya sudah dari tahun 2009, namun baru dapat tertuangkan saat ini. Perjalananan ke Thailand ini pertama kali sebagai backpakers bersama dengan 6 orang lainnya (Dina, Liya, Sasa, Eka, Lenita, dan pria satu-satunya Iman). Daftar kota-kota yang akan kami kunjungi selama 10 hari adalah Bangkok, Ayutthaya, Chiang Mai, Krabi dan Phi-phi island. Perjalanan yang membuat saya menyukai “seni” ber backpakers di luar negeri.
Saat pertama kali menginjak Bangkok pertama kali adalah kesan kalau disini hampir sama dengan Jakarta kecuali di sini tersedia BTS/sky train dan MRT nya. Ketika kami sampai di kota ini, hari sudah cukup malam dan kami langsung menuju penginapan kami yaitu The Urban Age di Silom Soi 8. Ketika kami mencari makan malam, tampaknya susah sekali menemukan makanan halal, sehingga beberapa teman yang tidak bisa makan non-halal agak sedikit sulit dan berakhir lah kami di McD terdekat. Penginapan ini sungguh sangat saya rekomendasikan (bukan iklan) tapi memang selain staff yang ramah, mereka sangatlah membantu untuk memberikan tips dan trik segala sesuatu di Bangkok.
Silom soi sendiri merupakan daerah terkenal, dimana tempat kami menginap hanya membutuhkan 10 menit saja untuk sampai ke Pat Pong. Pat pong sendiri tempat “red district” dan hiburan malam di Bangkok. Namun jangan salah, walaupun dekat dengan daerah “red district”, tapi untuk masalah kenyamanan, tidak diragukan. Selain dekat dengan pasar malam yang menjual barang-barang untuk oleh-oleh (baru sampai sudah sibuk dengan oleh-oleh :D), tempat ini relatif mudah dijangkau baik oleh BTS ataupun MRT. Daerah ini berbeda dengan daerah Khao San Road yang terkenal sebagai jalan yang para backpakers. Daerah di Khao San road tidak terdapat MRT or BTS, sehingga kalau ingin pergi harus menggunakan bis.
Persinggahan pertama kami di Bangkok tentu saja adalah Grand Palace.
Tempat ini adalah komplek perumahan resmi Kerajaan Thailand. Untuk mencapai Grand Palace dari Silom Soi kami harus naik BTS kemudian dilanjutkan naik perahu di sungainya yang terkenal Chao Praya. Untuk naik perahu ini, jangan tertipu dengan penjual tiket di pier atau pelabuhannya. Walaupun resmi, namun penjualan tiket tersebut lebih ditujukan untuk turis dan harganya lebih mahal. Tips nya adalah, bayar langsung di perahu. Setiap perahu ada kondekturnya dan harganya jauh lebih murah.
Tempatnya sendiri sangatlah luas, sehingga minimal 2 jam kami habiskan untuk mengitari komplek ini. Aturan pertama, jangan memakai celana pendek, karena tidak diperbolehkan sehingga harus menyewa sarung. Tapi tidak apa-apa juga sey kalau menyewa sarung, terlihat keren aja 😀 Grand Palace sendiri tutup jam 4 sore (harap di catat) dan banyak juga para penipu-penipu yang nanti bisa bilang kalau Grand Palace tutup dan ditawari untuk pergi ke tempat lain yang entah dimana.
Berikut adalah beberapa foto yang berhasil kami ambil selama perjalanan di Grand Palace.
Dekat dari Grand Palace adalah Wat Pho, yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Wat Pho sendiri adalah patung Buddha tidur terbesar yang terbuat dari emas. Berikut fotonya:
Di depan Grand Palace ada juga lapangan yang dipenuhi oleh burung-burung, serasa beraada di Italia (kaya udh kesana aja T.T). Lapangan yang entah namanya apa ini, merupakan lapangan yang pernah dipakai untuk demonstrasi besar-besaran antara pendukung pro pemerintah dan non pemerintah.
Bangkok sama seperti Jakarta yang dipenuhi oleh mall dan pasar. Ketika kami mengisi waktu ½ hari di Bangkok untuk melanjukan perjalanan ke Krabi, kami sempat memutar-mutari mall terkenal disana, seperti MBK dan entah apalagi.
Tidak hanya mall, hari terakhir pun kami pergi ke pasar yang terkenal di Thailand yaitu Cha Tu Cak Market! (tetep lho sebagai orang Indonesia, kegiatan berbelanja tidak akan terlupakan hehehe).
Ca Tu Cak Market sendiri dapat ditempuh dengan mudah, baik dengan BTS atau MRT. Semuanya pasti berhenti di depan pasar ini. Pasar ini cukup lengkap mulai dari menjual baju, asesoris, makanan sampai dengan anjing-anjing lucu 🙂
Pasar ini sungguh luas dan sesak dipenuhi pedagang, namun semua pedagang ini berjualan di kios-kios resmi dan hampir tidak ada yang berjualan di lapak. Walau terkesan tidak rapi, namun setiap gang-gang di pasar ini sangat teratur, misalnya gang khusus makanan, pakaian dan seterusnya. Sehingga kami pun cukup mudah apabila ingin mencari sesuatu. Disarankan kalau sudah menemukan barang, segeralah beli, tidak menjamin akan menemukan gang yang sama lagi.
Tidak lupa, setelah kami berbelanja, kami mampir sebentar di tempat yang tampaknya paling terkenal di Bangkok, jalan Khao San! Satu jalan ini memang dipenuhi oleh hotel-hotel backpakers dan pedagang yang sudah siap berjualan sejak pagi hari.
Tampaknya perjalanan saya di Bangkok memang belum ada apa-apanya. Setidaknya kami belum menjelahi Wat Arun. Suatu hari, saya pasti akan kembali menikmati keramaian ibu kota Thailand ini 🙂